 |
Seorang Wanita karir dan istri dalam sebuah rumah tangga |
Waktu awal menikah, antara istri dan suami memang seorang yang memiliki karir dan
penghasilan yang jauh lebih besar dari suami.Namun kami sempat terpuruk dan terbelit
hutang karena seorang suami berkorban begitu besar, yaitu keluar dari
pekerjaannya agar bisa menikah dengan seorang wanita yang ia sukai (kami sekantor, dan peraturan
melarang ikatan suami-istri dalam satu pekerjaan). Akan tetapi, suami
saya orang yang selalu menghargai saya, layaknya kepada sahabat, kepada
manusia lain, tentunya terhadap seorang wanita. Tak pernah ia berkecil
hati (minder) atau bahkan stress dan merendahkan saya atau
menyalahkan saya akan kondisi yang kami hadapi bahkan sebaliknya ia sangat baik dan menghargai saya sebagai istrinya. Tak saya temui sifat ego
lelakinya itu, dia selalu memperlakukan saya dengan hormat dan
selalu meminta restu ketika berusaha mencari atau menjalani pekerjaan
yang baru. Karena sikapnya yang selalu sabar dan berbesar hati, di mata saya
ia seorang lelaki yang pantas jadi pemimpin hidup saya, tentunya cinta
saya kepadanya semakin besar dan ikhlas hingga selalu terucap dalam hati
dan do'a saya agar Allah menjadikan ia sukses hingga dapat menghidupi
keluarga kami jika suatu hari saya berhenti bekerja. Puncak
keterpurukan kami pada saat anak pertama kami lahir, biaya melahirkanpun
jungkir balik suami saya memperjuangkannya, modal saya hanya yakin dan
percaya padaNya. Setelah beberapa kali berpindah profesi, alhamdulillah
kini keadaan kami membaik dan suami saya terlihat bahagia dengan pekerjaan
barunya.
Inti dari nilai moral pengalaman saya ini, bahwa para calon suami janganlah
bersempit pandangan dan memukul rata semua wanita sama, karena kami
sebagai wanita juga berusaha berpositif thinking bahwa tidak semua pria
bejat. Bukan pekerjaan dan penghasilan yang menentukan kebahagiaan RT
seseorang, karena itu semua hanya cobaan. Tinggal bagaimana kita
menyikapinya dengan ksatria, sabar, ikhlas.... Jika ingin dihormati
oleh kaum wanita, maka bersikaplah layaknya seseorang yang PANTAS untuk
dihormati.
Sebagai ibu dan istri, penghasilan sayapun bukan untuk bersenang-senang
semata. Suami saya orang yg bijak, dia malah bersyukur saya masih
berkarir, karena sudah terbukti bahwa wanita bekerja dan berkarir, pola
pikirnya jauh lebih berwawasan. Apapun pekerjaan kami (kantoran,
pedagang, dll), kami menemukan diri kami barguna bagi keluarga dan
tentunya anak-anak kami. Suami saya juga percaya, wanita bekerja dengan pola
pikir yang high educated, akan cenderung lebih berwawasan pula dalam
mendidik anak. So, kalau suami saya dengan ksatrianya sanggup memandang
sesuatu dari segi positifnya, kenapa anda tidak sekedar mencoba dulu ..... Lihatlah kami dari segi positif, setidaknya demi para ibu yang
melahirkan kalian ke dunia.....<
sip>***********
Memang sih, jika begitu mang hrs ada pengertian diantara keduanya....
BalasHapus